Jakarta, mediakota-online.com
Direktur Jenderal (Dirjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Silmy Karim mengatakan sudah ada ratusan warna negara asing (WNA) yang dideportasi sejak Januari 2023. Deportasi itu berlaku bagi WNA bermasalah di Indonesia.
“Kalau kesalahannya kan kita lagi operasi terus, ya kan. Penindakan hukum saja kita lakukan kan banyak yang dideportasi nih sudah ratusan orang yang kita deportasi. Ya bertahap lah, saya kan baru masuk Januari sudah bisa deportasi ratusan orang,” kata Silmy di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Sementara dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR RI, Silmy mengatakan selama 2023 pihaknya telah menindak 819 kasus turis asing yang melanggar, dengan 401 kasus di antaranya dijatuhkan sanksi deportasi.
“Dari sisi tindakan administrasi keimigrasian (TAK) dan projustisia, itu di 2023 ada 819. Yang cekal 2.672, projustisia 18,” tutur Silmy.
Silmy menerangkan, dari 819 kasus itu, 302 kasus dikenai sanksi tangkal masuk RI. Selain itu, ada 3 sanksi pencabutan izin tinggal, 1 larangan berada di tempat tertentu, 112 pengenaan biaya beban, dan 401 sanksi deportasi.
“Pengawasan, ada 296 detensi dan 12.781 pengungsi luar negeri. Ini menarik karena ada lembaga UNHCR yang bisa beri kartu ke WNA, sehingga kita tidak bisa tangkap dan deportasi ketika mereka overstay,” kata Silmy.
“Nah, ini lagi ditata database WNA, dan ada beberapa kasus kita langsung deportasi sebelum mereka bisa akses UNHCR,” sambungnya.
Ia menyebutkan pihaknya akan melakukan upaya peningkatan layanan seiring naiknya jumlah turis asing ke Indonesia. Menurutnya, antusias WNA masuk ke Indonesia makin tinggi.
“Layanan imigrasi, paspor di 2022 3,8 juta, visa 2,8 juta, izin tinggal 459. Sampai akhir 2023 sudah 2 juta permohonan paspor. Jadi sebulan saat ini kurang lebih 450 ribu paspor dibandingkan sebelum COVID yang sekitar 250 ribu. Ada peningkatan minat permohonan paspor di 2023. Dan dari visa juga meningkat, di 2023 hampir sama 2022. Begitu juga izin tinggal,” ungkap Silmy.
Ia mengatakan jumlah kedatangan turis ke Indonesia hampir seperti masa sebelum pandemi. Bahkan di Bali sendiri angkanya mencapai 13 ribu dari 17 ribu sebelum pandemi, menurutnya hal ini bisa bertambah lantaran penerbangan dari China masih ditutup.
“Perlintasan mendekati normal, antara 2019 dan 2023. Soetta sebelum pandemi per hari 5.000 WNA masuk, saat ini kurang lebih sama. Di Bali semula 17 ribu, saat ini 13 ribu. Jadi ada peningkatan. Dan kita liat tren baik. Bahkan kan penerbangan banyak masih ditutup, terutama China. Jadi kalau China udah bener-bener terbuka, saya yakin WNA yang masuk Bali lebih tinggi dari 2019,” imbuhnya. [Benn]